Kriiinggg… Kriiinggg…
Gubrak! Aku melempar jam berisik itu sekuat tenagaku. Sungguh aku masih ingin
terlelap, menghabiskan sisa mimpi semalam. Tapi belum saja genap lima menit aku
tenggelam lagi, suara lembut itu membisikkan sesuatu ke telingaku. Suara yang
akan selalu ku rindukan.
“Noviana, bangun sayang! Kamu gak sekolah?” ucap Mama.
“Masih ngantuk Ma.”
“Udah jam 6 sayang.”
Aku langsung reflek terbangun mendengar angka itu! Mataku terbelalak, kaget!
Aku sudah terlambat. Dan benar saja, ini mungkin sejarah terburuk di masa SMA
ku. Indisipliner, oh Tuhan, memalukan sekali. Untunglah guru BK sudi
memaafkanku, dan aku bisa langsung melenggang ke kelas tanpa ba bi bu. Dan aku
beruntung hari ini semua lancar.Saat pulang sekolah…
“Noviana ya?” sapa seseorang.
“Eh iya, eh siapa ya?” kataku
“Namaku Romynaiki, tapi kamu bisa panggil aku Romy.”
“Oh ya.”
“Kamu nunggu siapa?”
“Mama.”
“Pulang bareng aku aja ya? Ayo!”
Romy begitu saja menarik tanganku ke motornya. Aku tak kuasa menolak, meski aku
mendengus sebal karena kelakuannya. Tapi oh Tuhan, sentuhan itu, tangan itu,
kenapa terasa begitu nyaman? Aku baru saja mengenalnya beberapa detik lalu,
tapi perasaan apa ini?Waktu berjalan begitu cepat, secepat keakraban kami.
Hubungan yang berkembang sangat aneh, tidak saling mengungkapkan tapi saling
membutuhkan. Aku menyukai Romy -mungkin mencintainya- tak peduli apakah dia
juga menyukaiku atau tidak. Hingga suatu hari…
“Ra aku mau nunjukkin sesuatu.” kata Romy
“Apa?”
“Cantik gak?” ucapnya dengan menunjukkan sebuah foto.
“Siapa? Pacar?”
“Iya. Cantik kan?”
“Cantik kok.”
Aku langsung pergi, tak peduli pada kebingungannya akan sikapku. Tuhan, kenapa
seperti ini? Romy.. Dia… Dia.. Aku mencintainya Tuhan, sungguh!Esoknya ku tulis sebuah memo untuknya..
“Romy, selamat untuk hari jadimu ya! Aku senang mendengarnya. Semoga kamu
bahagia bersama dia. Mungkin saat kamu membaca memo ini, aku sudah tidak di
kota ini lagi. Aku pamit Romy, terima kasih untuk semuanya. Noviana.”Aku memutuskan ikut pindah ke luar kota bersama orangtua.
Biar saja perasaan itu terkubur dalam senyapku, biar saja cinta itu terpendam
bisu dalam ruang rindu. Setidaknya dia akan selalu menjadi potongan terindah
dalam kisahku meski dia tidak akan pernah tahu bahwa dia begitu indah bagiku.
0 comments:
Post a Comment